Jumat, 25 November 2016


Makalah pengemasan, penyimpanan dan penggudangan
Penyimpanan biji-bijian

KELOMPOK 4:

·         Fatmawati suarni guci (1411122037)
·         Mike wijaya ( 1411122039)
·         Muhammad fauzi ( 1411122042)
·         Luthfi Irma zukri ( 1411122033)
·         Rahmaya tiza ( 1411122027)
·         Ridho bahri ( 1411122032)
           
            KELAS : B




TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
 TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2016









BAB I
PENDAHULUAN
            Buah dan sayuran merupakan jenis produk hasil pertanian yang termasuk dalam tanaman hortikultura yang memiliki potensi besar dalam perkembangannya. Potensi pengembangan buah-buahan dan sayuran di Indonesia sangat besar, keanekaragaman varietas dan jenisnya yang didukung oleh iklim yang sesuai untuk buah-buahan dan sayuran tropika akan menghasilkan berbagai buah dan sayuran yang sangat bervariasi dan menarik. Selain dapat dilakukan pengolahan lebih lanjut, buah-buahan dan sayuran juga dapat dikonsumsi secara langsung. Buah-buahan dan sayuran mengandung cukup banyak sumber zat gizi yang diperlukan oleh tubuh misalnya protein dan vitamin.
            Pada umumnya semua produk hortikultura setelah dipanen masih memiliki jaringan hidup dan melakukan proses respirasi. Adanya respirasi menyebabkan produk tersebut mengalami perubahan seperti pelayuan dan pembusukan. Respirasi sendiri merupakan perombakan bahan organik yang lebih kompleks (pati, asam organik dan lemak) menjadi produk yang lebih sederhana (karbondioksida dan air) dan energi dengan bantuan oksigen. Aktivitas respirasi penting untuk mempertahankan sel hidup pada produk baik buah maupun sayuran. Dimana bila produk dengan laju respirasi tinggi cenderung cepat mengalami kerusakan (Manfoeld, 1982).
            Menurut Makfoeld (1982), buah dan sayuran setelah dipanen akan terjadi proses transformasi dan metabolisme. Proses metabolisme pada buah dan sayuran dapat menyebabkan berkurangnya kualitas produk. Pengurangan laju respirasi sampai batas tertentu dapat memperpanjang saya simpan produk segar tetapi kebutuhan energi sel terpenuhi. Pengendalian respirasi tersebut dapat dikendalikan dengan cara pelapisan, penyimpanan suhu rendah dan modifikasi atmofer ruang penyimpanan.
            Buah-buahan dan sayuran apabila setelah dipanen tidak ditangani dengan baik, akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik kimiawi, parasitik atau mikrobiologis, dimana ada yang menguntungkan dan ada yang sangat merugikan (kerusakan/busuk) bila tidak dapat dikendalikan dengan bail. Adanya faktor pasca panen yang baiksecara umum mulai dari pemanenan, pengumpulan, sortasi, pembersihan dan pencucian, grading, pengemasan, pemeraman, penyimpanan dan pengangkutan dapat mengurangi kerusakan pada buah dan sayuran (Desrosier, 1998).
            Dengan perkembangan dunia, persaingan antar perusahaan dalam upaya meningkatkan ataupun mempertahankan pangsa pasar semakin ketat. Berbagai upaya telah dilakukan oleh banyak perusahaan untuk mengatasi dan memenangkan persaingan tersebut. Adapun hal yang dilakukan adalah dengan cara memberikan keunggulan yang bersifat komperatif maupun kompetitif, dimana mutu merupakan salah satu keunggulan yang harus dimenangkan oleh setap perusahaan.
            Prinsip dasar cara penanganan pasca panen komoditi hasil pertanian yang dikembangkan menjadi satu industri adalah dengan cara penanaganan produk segar dengan baik untuk memperpanjang umur simpan dan pengolahan serta pengawetan produk olahan tersebut. Penanganan produk hortikultura pasca panen meliputi pengangkutan dan penyimpanan yang dimulai dari awal panen sampai ke tangan konsumen. Penanganan tersebut meliputi pengangkutan, pengemasan jarak pendek, pengemasan jarak jauh, pengemasan untuk kemasan dan penyimpanan.
            Faktor-faktor biologis terpenting yang dapat dihambat pada bahan nabati seperi buah dan sayuran adalah respirasi, produksi etilen, transpirasi dan faktor morfologi/anatomis, faktor lai yang juga penting untuk diperhatikan adalah senantiasa menghindarkan komoditi terhadap suhu atau cahaya yang berlebihan dan kerusakan patologis atau kerusakan fisik. Untuk mengendalikan faktor-faktor tersebut diperlukan cara-cara penyimpanan yang baik agar buah dan sayur tetap terjaga kesegarannya sampai waktu dikonsumsi.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sayuran adalah tanaman hortikultura, umumnya mempunyai umur relatif pendek (kurang dari setahun) dan merupakan tanaman musiman. Sayur-sayuran mempunyai arti penting sebagai sumber mineral dan vitamin A maupun C. 
Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau setelah diolah secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut sebagai sayur-sayuran atau sayur-mayur. Sejumlah sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa dimasak sebelumnya, sementara yang lainnya harus diolah terlebih dahulu dengan cara direbus, dikukus atau diuapkan, digoreng (agak jarang), atau disangrai. Sayuran berbentuk daun yang dimakan mentah disebut sebagai lalapan.
Buah adalah produk yang tumbuh dari tanaman yang berbunga. Fungsi buah adalah sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan dan sebagai wadah biji.
Buah (fruktus) adalah organ pada tumbuhan yang merupakan perkembangan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas dari keterkaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji. Pengertian buah dalam holtikultura atau pangan lebih luas. Karena itu, buah yang sesuai menurut pengertian botani biasa disebut buah sejati. Ilmu yang mempelajari segala hal tentang buah disebut Pomologi.
Setelah dipanen produk hasil pertanian tetap melakukan fisiologis sehingga dapat disebut sebagai jaringan yang masih hidup. Adanya aktifitas fisiologis menyebabkan produk pertanian akan terus mengalami perubahan yang tidak dapat dihentikan, hanya dapat diperlambat sampai batas tertentu. Tahap akhir dari perubahan pasca panen adalah kelayuan untuk produk nabati atau pembusukan pada produk hewani.
 Faktor-faktor biologis terpenting yang dapat dihambat pada bahan nabati seperti buah-buahan dan sayuran adalah : respirasi, produksi etilen, transpirasi, dan faktor morfologis/anatomis, faktor lain yang juga penting untuk diperhatikan adalah senantiasa menghindarkan komoditi terhadap suhu atau cahaya yang berlebihan, dan kerusakan patologis atau kerusakan fisik.
a.         Respirasi dan Produksi Etilen
            Komoditi dengan laju respirasi tinggi menunjukkan kecenderungan lebih cepat rusak. Pengurangan laju respirasi sampai batas minimal pemenuhan kebutuhan energi sel tanpa menimbulkan fermentasi akan dapat memperpanjang umur ekonomis produk nabati. Manipulasi faktor ini dapat dilakukan dengan teknik pelapisan (coating), penyimpanan suhu rendah, atau memodifikasi atmosfir ruang penyimpan. Keberadaan etilen akan mempercepat tercapainya tahap kelayuan (senesence), oleh sebab itu untuk tujuan pengawetan senyawa ini perlu disingkirkan dari atmosfir ruang penyimpan dengan cara menyemprotkan enzim penghambat produksi etilen pada produk, atau mengoksidasi etilen dengan KMnO4 atau ozon.

b.        Transpirasi
            Transpirasi yang berlebihan menyebabkan produk mengalami pengurangan berat, daya tarik (karena layu), nilai tekstur dan nilai gizi. Pengendalian laju transpirasi dilakukan dengan pelapisan, penyimpanan dingin, atau memodifikasi atmosfir.

c.         Sensitivitas Terhadap Suhu
            Ekspose komoditi pada suhu yang tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan fisiologis yang bisa berupa : (1) Freezing injuries karena produk disimpan di bawah suhu bekunya; (2) Chilling injuries umum pada produk tropis yang disimpan di atas suhu beku dan diantara 5 – 150C tergantung sensitivitas komoditi; (3) Heat injuries terjadi karena ekspose sinar matahari atau panas yang berlebihan.

d.        Kerusakan Patologis dan Kerusakan Fisik
            Kerusakan produk nabati dapat terjadi karena aktivitas bakteri atau jamur, dan  akibat serangan mikroorganisme ini timbul kerusakan fisik dan fisiologis. Sebaliknyapun akibat kerusakan fisik karena penanganan yang tidak benar bisa juga memicu pertumbuhan mikroorganisme.

e.         Perubahan Komposisi Kimiawi
            Setelah dipanen komposisi kimiawi komoditi nabati terus berubah tergantung pada jenis komoditi. Beberapa perubahan memang dikehendaki namun sebagian besar tidak. Perubahan tersebut antara lain terjadi pada : Pigmen (degradasi klorofil, pembentukan karotenoid – antosianin dsb), Karbohidrat (konversi pati menjadi gula dan sebaliknya, dan konversi pati + gula menjadi air + CO2, degradasi pektin, dsb) dan Asam organik (berpengaruh pada flavor). 
Penyimpanan buah dan sayur bertujuan untuk mencapai umur simpan semaksimal mungkin. Untuk itu biasanya dilakukan kombinasi beberapa perlakuan. Usaha yang dilakukan untuk dapat memperlambat pematangan buah dan sayur adalah memperlambat respirasi dan menangkap gas etilen yang terbentuk.
Beberapa cara penyimpanan yang sering diterapkan antar lain pendinginan, pembungkusan dengan polietilen dan pembangan bahan kimia :(http://repository.ipb.ac.id)
1.      Pendinginan
                 Penyimpanan di bawah suhu 15 oC dan di atas titik beku bahan yang dikenal sebagai penyimpanan dingin (chilling storage). Penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran memerlukan temoeratur yang optimum untuk mempertahankan mutu dan kesegaran. Temperatur optimum dapat menyebabkan kerusakan karena pendinginan (chilling injury). Kerusakan pendinginan dari buah pisang pada temperatur kritis (13 oC) adalah warna kusam, perubahan cita rasa dan tidak bisa masak. Kondisi optimum penggudangan bagi buah pisang adalah 11-20 oC dan RH 85-95 %. Pada kondisi ini metabolisme oksidatif seperti repirasi berjalan lebih sempurna. Pendinginan tdak mempengaruhi kualitas rasa, kecuali bila buah didinginkan secara berlebihan sehingga proses pematangan terhenti.

2.      Pengemasan dengan Polietilen (PE)
                 Kehilangan air dapat dikurangi dengan jalan memberi pembungkus pada bahan yang akan didinginkan. Sa;ah satu jenis pembungkus yang cukup baik digunakan adalah pembungkus dari bahan plastik. Berdarakan penelitian Scott dan Robert (1987) penyimpanan pisang yang masih hijau dalam kantong polietilen dapat memperlambat pematangan pisang selama 6 hari dan pada suhu 20 oC.

3.      Pelapisan Buah dengan Emulsi Lilin
                 Bahan dan alat yang digunakan untuk proses ini adalah : Mangga, apel, belimbing, pisang, jambu biji, tomat, cabe merah, buncis, ketimun, lili, trietanolamin, asam oleat, KMnO4, CaCl2, batu apung, ember plastik, panci enamel, keranjang kawat, termometer, pengaduk, stop watch, desikator. Cara pembuatan emulsi lilin adalah sebagai berikut :
a.         Lilin dipanaskan sampai mencair pada suhu 90-95 oC.
b.        Masukkan asam oleat sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan sambil diaduk (bila menggunakan stirrer kecepatam 20-100 rpm).
c.         Tambhakan trietaolamine, terus diatur dan suhu dipertahankan tetap.
d.        Tambahkan air (tidak sadah) yang sudah didihkan (90-95 oC) dengan perlahan-lahan sambil terus diaduk.
e.         Dinginkan dengan cepat menggunakan air mengalir.
                 Untuk mendapatkan emulsi lilin dengan konsentrasi yang diinginkan dilakukan pengenceran dengan air (tidak sadah). Untuk oemakaiannnya sebaiknya digunakan emulsi lilin yang masih segar. Buah dan sayur yang sudah ditiriskan masukkan ke dalam keranjang kawat kemudian celupkan kedalam emulsi lilin (konsentrasi 6 dan 12 %) sampai semuanya terendam selama 30-60 detik. Angkat dan tiriskan pada rak penirisan dengan dihembus udara kering agar pelapisannya merasa pada seluruh oermukaan kulit dan tidak lengket. Simpan pada suhu ruang dan lemari es.

4.      Penggunaan Kalium Permanganat (KMnO4)
     Buah pisang memerlukan zat penyerap etilen dan perlu disimpan dalam unit pendingin agar tahan tetap hijau sampai 6 minggu. Macam-macam bentuk penyerap etilen yang telah dicoba, seperti blok campuran vericulate dan semen dengan perbandingan 3:1 yang dicelupkan dalam KMnO4 dapat dipergunakan sebagai bahan penyerap etilen, atau blok-blok campuran lempeng dan semen yang dicelup larutan KMnO4.
Suatu preparasi komersial zat penyerap yang disebut purafil (KMnO4 alkalis dengan silikat) sebagai oendukung (carrier) yang dihasilkan oleh Marbon Chemical Company, ternyata mampu menyerap keseluruhan etilen yang dikeluarkan oleh buah pisang yang disimpan dalam kantong polietilen tertutup rapat. Dalam penelitian pengawetan pisang ambon yang dilakukan dengan menggunakan KMnO4 1,5 % dengan penyimpanan selama 14 hari mutu pisang masih tetap baik.
     Penggunaan KMnO4 dianggap mempunyai potensi yang paling besar karena KMnO4 bersifat tidak menguap sehingga dapat disimpan berdekatan dengan buah dan sayur tanpa menimbulkan kerusakan buah.
Metode Pengawtan dengan KMnO4 atau PK
a.         Rendam batu apung dalam larutan KMnO4 lewat jenuh selama 30 menit, lalu kering anginkan hingga benar-benar kering, kemudian dibungkus dengan kain saring (1-3 butir batu tiap bungkus).
b.        Potong pisang dari tandannya, masing-masing 2-3 jari pisang. Lalu cuci hingga bersih di lap sapai kering.
c.         Timbang lalu letakkan pisang dan batu apung dalam baki styrofoam usahakan keduanya tidak bersentuhan, lapisi dengan wrapping film dan panaskan sebentar sehingga lapisan film ini kencang.
d.        Lubangi bagian atas film dengan jarum setiap 2 cm untuk ventilasi.
e.         Penyimpanan dapat dilakukan pada suhu kamar atay suhu dingin 14 oC
f.         Pengamatan untuk melihat sampai berapa lama buah dapat dijaga kesegarannya dapat dilakukan terhadap perubahan berat, warna dan kekerasan setiap 2 hari sekali.

5.      Pengawetan dengan Samper Fresh
a.         Siapkan emulsi samper fresh konsentrasi 0,6% sampai 4%
b.        Rendam pisang dan paprika yang telah dicuci bersih dan dikeringkan ke dalam emulsi samper fresh ±1 menit, tiriskan lalu biarkan lapisan ini mengering.
c.         Timbang lalu letakkan pisang dalam baki styrofoam, lapisi dengan wrapping film dan panaskan sebentar hingga lapisan film ini kencang.
d.        Lubangi bagian atas film dengan jarum setiap 2 cm untuk vwntilasi.
e.         Penyimpanan dapat dilakukan pada suhu kamar dan suhu dingin 14 oC
f.         Pengamatan untuk melihat sampai berapa lama buah dapat dijaga kesegarannya dapat dilakukan terhadap perubahan berat, warna dan kekerasan setiap 2 hari sekali.

6.      Pencelupan dengan larutan CaCl2
                 Tempatkan buah dan sayur dalam keranjang kawat, kemudian celupkan kedalam larutan CaCl2 (pada  konsentrasi 4 dan 8 %) selama 30-60 detik. Angkat dan tiriskan pada rak penirisan dengan hembus udara kering, agar pelapisan merata pada seluruh permukaan kulit. Simpan pada suhu ruang dan dalam lemari es.Lakukan pengamatan terhadap warna, tekstur, penampakan bahan, penurunan berat, perubahan pH dan total padatan terlarut setiap minggu selama 4 minggu. Lakukan juga penyimpanan bahan tanpa perlakuan sebagai kontrol. Gambarkan penurunan berat, perubahan pH dan perubahan total padatan terlarut bahan yang terjadi selamamasa penyimpanan dengan waktu dalam bentuk kurva. Berika interpretasi yang diamati selama penyimpanan.

























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Sayuran adalah tanaman hortikultura, umumnya mempunyai umur relatif pendek (kurang dari setahun) dan merupakan tanaman musiman. Sayur-sayuran mempunyai arti penting sebagai sumber mineral dan vitamin A maupun C. Buah adalah produk yang tumbuh dari tanaman yang berbunga. Fungsi buah adalah sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan dan sebagai wadah biji.
Penyimpanan buah dan sayur bertujuan untuk mencapai umur simpan semaksimal mungkin. Untuk itu biasanya dilakukan kombinasi beberapa perlakuan. Usaha yang dilakukan untuk dapat memperlambat pematangan buah dan sayur adalah memperlambat respirasi dan menangkap gas etilen yang terbentuk.
Faktor-faktor biologis terpenting yang dapat dihambat pada bahan nabati seperti buah-buahan dan sayuran adalah : respirasi, produksi etilen, transpirasi, dan faktor morfologis/anatomis, faktor lain yang juga penting untuk diperhatikan adalah senantiasa menghindarkan komoditi terhadap suhu atau cahaya yang berlebihan, dan kerusakan patologis atau kerusakan fisik.
Beberapa cara penyimpanan buah san sayur yang sering diterapkan antara lain pendinginan, pengemasan dengan plastik polietilen, pelapisan buah dengan emulsi lilin, penggunaan kalium permanganat (KMnO4), pengawetan dengan samper fresh dan pencelupan dengan larutan CaCl2.

















DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., dan Wootton, M. 1985. Ilmu Pangan (terjemahan oleh Hari Purnomo da Adiono). Jakarta : UI Press.

Dosrosier, Norwan w. 1998. Teknologi Pengawtan Pangan (Muchji Muljohardo, Penerjemah). Jakarta : Universitas Indonesia Press.


Makfoeld. 1982. Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah-Buahan. Bogor : PAU Pangan dan Gizi IPB.


Pantastico, Er. 1997. Fisiologi Pasca Panen : Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Yogyakarta : UGM-Press.